Finding Peacefulness in Segara Anak (Rinjani: Bagian 3)

Setiap pejalan punya alasannya sendiri untuk pergi berkelana meninggalkan kenyamanan rumah ataupun kehangatan keluarga. Salah satunya untuk mencari kedamaian.

Gunung Barujari ditengah Segara Anak

13 Agustus 2017 : 14.03 WITA
(Segara Anak, Rinjani)

Suara desiran air yang tenang menyambut kedatangan kami, setelah 4 jam perjalanan kami menuruni trek bebatuan curam.

Pemandangan menakjubkan kini hadir di depan mata. Hamparan danau luas dengan air jernih. Sementara gunung Barujari nampak di kejauhan, berdiri di tengah dengan angkuhnya membuat mata seakan enggan berpaling.

“Negri saya benar-benar indah”

Peralatan masak yang telah kami bersihkan kini sudah terisi bahan-bahan makanan, bersiap untuk makan siang, atau sore tepatnya. Menu baru kali ini datang setelah Ojan mendapatkan ikan, hasil pancingannya di danau. Kita patut berterima kasih pada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah menebar benih ikan di danau ini 32 tahun silam. Saat ini, ikan nila berkembang biak dengan pesat dan jumlahnya mencapai jutaan sehingga bisa dinikmati para pendaki yang singgah di danau ini.

Para pendaki sedang memancing

Trek dari Pelawangan Sembalun menuju Segara Anak

Hal yang tak perlu dikhawatirkan saat mendaki Gunung Rinjani adalah takut kehabisan air minum. Sumber air melimpah di setiap pos nya, tak terkecuali di Segara Anak. Cukup dengan berjalan kaki selama 10 menit menuju sumber air.

Segara Anak dan Gunung Barujari

Tenda kami tutup, barang berharga kami kumpulkan ke dalam tas kecil. Sebelum matahari kembali terbenam, untuk sedikit meredakan rasa pegal di tubuh, kami memutuskan untuk berendam di air hangat. Rinjani adalah paket lengkap. Selain menawarkan keindahan, ia juga memanjakan para tamunya dengan hotspring alaminya. Berjalan ke sebelah selatan danau, bersamaan dengan jalur yang dilalui menuju sumber air. Sembari mandi, kami juga mengisi botol-botol kita yang sudah kosong.

17.20 WITA
(Aik Kalaq)

aik kalaq orang-orang menyebutnya, yang dalam Bahasa Indonesia berarti Air Hangat.

Aik kalaq

Perlahan rasa lelah melebur bersama aliran aik kalaq. Sebuah terapi yang menenangkan, berendam air hangat di antara dinding-dinding tebing yang mengelilingi seakan menyembunyikan diri dari dunia luar. Saya merasakan hidup saya membaik, tugas-tugas dan masalah saya menyelesaikan dirinya masing-masing. Hanya perasaan itu saja saat itu.

Tak jauh dari tempat kami berendam, ada pula sebuah goa yang bagian dalamnya berwarna putih seperti susu. Itulah mengapa goa tersebut dinamakan Goa Susu. Stalagnit-stalagnit di goa ini meneteskan air panas sehingga uap air panas keluar dari mulut goa. Jika ingin merasakan sauna alami khas Gunung Rinjani, di sinilah tempatnya.

18.33 WITA
(Segara Anak)

Bersyukur selama pendakian sampai dengan Segara Anak cuaca cerah, hanya sore hari beberapa kali didatangi gerimis kecil.

Ribuan bintang kala itu menemani gelapnya Segara Anak pada malam hari. Suara desiran air dan hembusan angin dari lembahan sekitar menambah rasa damai.

Saat itu kami habiskan malam dengan makan dan berbincang-bincang. Berharap malam seperti ini akan selalu kami temui. Tak terasa saya sudah menguasai beberapa kosa kata dalam bahasa Sasak hanya dengan memperhatikan mereka saat berbicara.
Beberapa kali mereka melucu dengan bahasa daerah mereka yang saya balas dengan senyuman diiringi kernyitan dahi. Atau tawa ejek mereka ketika saya yang tiba-tiba menjawab pertanyaan dengan bahasa yang sama. Haha.

Malam itu kami tidur lebih cepat, sleeping bag telah siap memeluk hangat tubuh kami di dalam tenda. Sejenak saya memperhatikan keluar dari pintu tenda, melihat bintang dan bulan yang berkaca pada danau, pantulannya seolah membuatnya memang berada di dalam danau dan menyatu. Malam itu adalah malam terakhir di Gunung Rinjani, besok sore saya dan rombongan sudah harus turun kebawah. Saya bergumam dalam hati, bolehkah suatu saat saya kesini lagi?

Saya mulai menarik resleting sleeping bag dan mulai memejamkan mata. Berharap esok Tuhan masih mau memberi keajaiban untuk hambanya yang sering luput ini.

Untuk sebuah kedamaian. Tetaplah di tempatmu, meskipun kadang kau disinggahi hanya sebagai tempat menampung resah.

Diterbitkan oleh

ahmadkhzl

Art student who loves to travel and draw sometimes

10 tanggapan untuk “Finding Peacefulness in Segara Anak (Rinjani: Bagian 3)”

Tinggalkan komentar